Gerakan revolusi dan perbedaan posisi garis lintang membuat sejumlah wilayah di permukaan bumi mengalami siang atau malam lebih panjang dibandingkan dengan belahan dunia lainnya. Hal itu pada gilirannya juga akan memengaruhi durasi ibadah puasa yang dijalani kaum Muslim yang berada di wilayah tersebut.
Seperti yang dialami oleh umat Islam yang tinggal di Islandia, misalnya. Pada Ramadhan kali ini, mereka harus menjalani ibadah puasa selama hampir 22 jam. Fenomena tersebut terjadi lantaran posisi kutub utara bumi saat ini lebih condong ke arah matahari daripada kutub selatan. Akibatnya, waktu siang di kawasan kutub utara pun menjadi lebih panjang dibandingkan dengan daerah-daerah lain.
Lokasi Islandia sendiri berada sangat dekat dengan kutub utara. “Meskipun puasa Ramadhan di Reykjavik (ibu kota Islandia, Red) berlangsung lebih panjang setiap harinya, umat Islam di sana tidak merasa berat atau mengeluh sedikit pun,” ujar salah satu pimpinan di Yayasan Islam Islandia, Abdul Aziz Ulvani, seperti dilansir World Bulletin, Jumat (9/6).
Dia mengatakan, meski puasa di Islandia berlangsung sangat lama setiap harinya, kaum Muslim di sana menjalaninya tanpa hambatan. Sampai sejauh ini, kegiatan ibadah yang mereka lakukan pun berlangsung normal-normal saja. Mulai dari membaca Alquran, berbuka puasa, dan melaksanakan shalat sunah Tarawih bersama.
“Tiga hari pertama Ramadhan memang terasa paling sulit. Tapi setelah itu, semuanya berjalan normal. Umat Islam di sini pun sudah seperti keluarga. Kami membaca Alquran, berbuka puasa, dan shalat Tarawih bersama-sama,” tutur Ulvani.
Islandia adalah negara pulau yang terletak kawasan utara di Samudra Atlantik. Di negeri itu terdapat sedikitnya 1.500 penduduk Muslim. Tahun ini, mereka mulai berpuasa pada pukul dua dinihari waktu setempat. Mereka baru bisa berbuka sekitar tengah malamnya.
0 komentar :
Posting Komentar